PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Indonesia
memiliki wilayah pesisir yang cukup luas dengan panjang garis pantai mencapai
95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Angka tersebut menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang ke empat di dunia. Dengan
wilayah pesisirnya yang luas, Indonesia menyimpan potensi sumberdaya alam
pesisir yang luar biasa dengan keanekaragaman ekosistem. Berbagai ekosistem
seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria dapat
ditemui di berbagai wilayah pesisir Indonesia.
Untuk
dapat memenfaatkan sumber daya secara optimal dan efisien perlu dilakukan suatu
perencanaan yang baik dan pengelolaan secara terpadu. Untuk melakukan pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu memerlukan informasi
tentang potensi yang dapat dikembangkan serta permasalahan yang ada. Salah satu
cara untuk pengelolaan wilayah pesisir yaitu dengan mengintegrasikan
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geospasial (SIG).
Penginderaan
Jauh adalah suatu metode pengamatan atau pengukuran unsur-unsur spasial
permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan obyek yang diamati. Data
Penginderaan Jauh sangat sesuai untuk kajian perencanaan tata ruang dan
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mengingat wilayah
kajiannya yang sangat luas dan relative sukar untuk dijangkau. Pemanfaatan data
penginderaan jauh untuk perencanaan wilayah dapat melengkapi informasi peta
yang sudah ada dan untuk menambahkan informasi terbaru.
Sedangkan, SIG adalah suatu sistem basis data dengan
kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial)
bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).
Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah
memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau
objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan.
Keunggulan dari SIG adalah kemampaunnya menangani data spasial bereferensi
geografi yang berintegrasi dengan data atribut sehingga data-data tersebut
dapat dianalisis bentuk keruangannya.
Data penginderaan jauh dapat menangkap dan mengindentifikasi
berbagai macam objek di wilayah pesisir seperti rumput laut, terumbu karang,
keadaan pasir, padang lamun, keberadaan mangrove, penggunaan lahan, serta
sebaran vegetasi lainnya yang merupakan suatu ekosistem wilayah pesisir.
Data-data tersebut bisa diintegrasikan dengan data-data SIG seperti batas
administrasi, jumlah penduduk, kondisi jalan, kondisi sungai serta bentuk
topografi suatu lahan maupun topografi pantai dan lautnya (batimetri).
Berikut
ini, manfaat teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk mendukung pembangunan
sektor kelautan yaitu :
1. Pemetaaan,
Identifikasi dan inventarisasi Sumberdaya Pesisir dan Laut
Inventarisasi
sumberdaya pesisir dan kelautan sangat diperlukan mengingat kompleksitas
ekosistem yang ada dimasing-masing pulau berbeda, misal ekosistem terumbu
karang, padang lamun, pantai, teluk, selat, muara, delta, mangrove, daerah
pasang surut dan samudera. Inventarisasi dilakukan dengan cara pemetaan pulau
dan identifikasi sumberdaya yang ada dengan teknologi penginderaan jauh dan
atau survey lapangan.
Gambar 1. Diseminasi
Informasi Geospasial Pulau-Pulau Kecil Terluar Berbasis Pemanfaatan
Penginderaan Jauh dan google mapping system. (Sarno, 2013)
Selain
itu, data penginderaan jauh dapat digunakan untuk pengukuran suhu permukaan
laut (SPL). Dengan adanya informasi mengenai suhu permukaan laut maka dapat di
prediksi pergerakan ikan dan kondisi aman saat penangkapan ikan, dan
perlayaran.
Gambar
2. Sebaran SPL Wilayah Indonesia dari Data MODIS 1 Austus 2013 (kanan) dan
Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Dari Data MODIS 23 September 2014 (Winarso, dkk,
2014)
2. Kesesuaian
Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut
Pengembangan
budidaya laut memerlukan informasi lokasi ideal bagi pengembangan budidaya laut.
Data Penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk menentukan lokasi dan
kesesuain kawasan yang digunakan untuk pengembangan budidaya laut.
Berikut
ini, contoh peran penginderaan jauh dan SIG dalam penentuan kesesuaian kawasan
dan pengembangan budidaya laut yaitu Kesesuaian budidaya keramba jaring tangkap
dan rumput laut, Kesesuaian Budidaya Kerang Mutiara, kesesuaian pesisir untuk
budidaya tambak, penentuan lokasi wisata bahari, penentuan zonasi jalur penangkapan
ikan, dan manfaat penentuan lokasi untuk pengembangan budidaya laut lainnya.
Gambar 3. Kelas
Kesesuaian Kawasan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Pulau Bunguran
Kabupaten Natuna (Syofyan, dkk, 2010)
Gambar 4. Hasil
Analisa Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Kerang Mutiara di Kepulauan Kangean
Madura (Hidayah, 2012)
Selain
itu, Pengembangan Penginderaan Jauh dan SIG juga dapat digunakan untuk monitoring
ekosistem pesisir dan lautan, serta dapat digunakan untuk pengembangan sistem pertahanan
negara maritim dapat memanfaatkan ZPPI sebagai zona yang berpotensi terjadinya
illegal fishing, dan pemantauan pangkalan angkatan laut serta kondisi
pulau-pulau terluar milik negara.
Sumber
:
Shalihati,
S.F., Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam
Pembangunan Sektor Kelautan serta Pengembangan Sistem Pertahanan Negara Maritim.
2014