Indonesia adalah negara kepulauan yang
memiliki ribuan pulau. Sebagai
negara kepulauan yang memiliki daratan dan perairan, sumber daya alam di
kandung sangat melimpah. Keberagaman
sumber daya alam memberikan suatu potensi yang besar untuk kesejahteraan rakyat.
Wilayah Indonesia teletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi,
sehingga menyebabkan keanekaragaman jenis tumbuhan serta bisa tumbuh dengan
subur. Oleh sebab itu keanekaragaman hayati Indonesia memiliki keunikan dan
ciri khas dari bangsa Indonesia, contohnya : Bunga Raflesia Arnoldi.
Indonesia juga terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik
dengan pegunungan muda. Letak geologi tersebut menyebabkan di Indonesia banyak
di jumpai rangkaian gunung api aktif, sehingga memungkinkan terbentuknya
berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk di mamfaatkan.
Wilayah pesisir dan laut memiliki nilai yang sangat
penting dimana terdapat beberapa ekosistem utama yang dinamis dan produktif
yang saling terkait satu sama lain. Beberapa jenis ekosistem pesisir yaitu
hutan mangrove,
estuaria/perairan payau, padang lamun dan terumbu karang.
Terumbu karang merupakan
ekosistem yang kompleks dengan keanekaragaman hayati tinggi ditemukan di
perairan dangkal daerah tropis (English et.al., 1997). Namun terumbu karang
merupakan ekosistem yang
tidak stabil, karena sensitif terhadap gangguan yang timbul, baik secara alami maupun
akibat aktifitas manusi. Terumbu karang merupakan tempat hidup yang sangat baik
untuk ikan hias dan tempat perlindungan berbagai macam spesies hewan, serta
dapat melindungi pantai dari hempasan ombak sehingga mengurangi proses abrasi. Namun,
perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap terumbu karang sangatlah rendah.
Hal itu menyebabkan
tingkat kerusakan terumbu karang di Indonesia dinilai sudah sangat parah. Penyebab
kerusakan ini disamping disebabkan oleh fenomena alam seperti bleaching atau
pemutihan, juga disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia, baik secara
langsung oleh nelayan maupun secara tidak langsung oleh masyarakat di daratan
melalui penggunaan lahan di daerah hulu yang tidak tepat, serta pembuangan
limbah, dll. (Dahuri dkk. 1996).
Kerusakan
juga terjadi pada ekosistem mangrove dan pandang lamun. Rusaknya ekosistem
mangrove dan terumbu karang tersebut telah mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan sumberdaya ikan serta erosi pantai. Seiring dengan perkembangan
zaman, pembangunan dilaksanakan di darat maupun di perairan dilakukan secara
besar-besaran di Indonesia. Akibat kegiatan pembangunan sebagaimana yang telah
berlangsung selama ini dapat dengan jelas terlihat pada menurunnya kualitas
fisik lingkungan dan integritas ekosistem pesisir.
Beberapa dampak negative
dari pembangunan antara lain kerusakan habitat ekosistem pesisir,
kerusakan terumbu karang
umumnya disebabkan oleh kegiatan penagkapan ikan secara destruktif disamping
kegiatan penambangan karang untuk bahan bangunan dan reklamasi pantai.
Hilangnya mangrove dan rusaknya sebagian terumbu karang telah mengakibatkan
terjadinya erosi pantai. Erosi ini semakin diperburuk oleh kondisi perencanaan
dan pengembangan wilayah yang kurang tepat.
Sumber : www.mongabay.co.id
Tingkat pencemaran pada
beberapa kawasan pesisir dan lautan Indonesia pada saat ini telah berada pada
kondisi yang memprihatinkan. Ekspolorasi serta eksploitasi yang besar-besaran
tanpa memperhatikan konservasi lingkungan membuat lingkungan terutama daerah
pesisir tidak mampu untuk mengembalikan alam pada fungsi sebenarnya. Beberapa
kasus ekploitasi yang pernah muncul di berbagai pemberitaan nasional yaitu
penjualan pasir di pulai sebelah barat pulau sumatra. Bila ditelaah lebih
lanjut, pulau terluar di Indonesia hilang satu maka akan mengurangi wilayah
laut Indonesia. Selain itu, bedasarkan data Badan Pusat statistik (BPS)
Indonesia angka kemiskinan di Indonesia mencapai 28,28 juta orang atau 11,25%
pada tahun 2014. Bila dilihat dari jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan mencapai
17,17 juta dan hal ini memberikan sebuah ironi, keanegaraman serta kesuburan
tanah dan kekayaan laut belum mampu memberikan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Konflik penggunaan ruang di
kawasan pesisir dan lautan sering terjadi karena belum adanya pola pemanfaatan
tata-ruang yang baku yang dapat dijadikan acuan oleh segenap sektor yang
berkepentingan. Disamping itu, potensi multi-guna yang inherent pada sumberdaya
pesisir dan laut menyebabkan banyak pihak yang berupaya untuk memanfaatkannya
sehingga menimbulkan konflik pemanfaatan. Pemerintah masih masih lemah terhadap
penyelesaian penggunaan tata ruang antara masyarakat dan perusahaan. Sebagai
contoh permasalahan upaya reklamasi pantai didaerah Tanjung Benoa di Bali oleh
investor. Permasalahan tersebut memberikan sebuah gambaran pemerintah belum
mampu memberikan solusi untuk kesejahteraan masyarakat, namun proses reklamasi
tidak bisa dilakukan akibat nilai-nilai budaya masyarakat Bali yang kuat
memberikan suatu kekuatan yang lebih kuat. Gambaran tersebut memberikan sebuah
pelajaran, nilai luhur kebudayaan masyarakat setempat akan mampu menjaga
kelestarian alam dan pemerintah seharusnya belajar dari nilai-nilai masyarakat
dalam mengeluarkan kebijakan yang tidak bertentangan dengan nilai luhur budaya
setempat.
Adapun pemanfaatan yang bisa dilakukan untuk menjaga
keanekaragaman hayati dan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat adalah
sebagai berikut :
1. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati untuk kemandirian masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil, dengan program utama meliputi:
ü Pengelolaan
lestari kawasan pesisir dan laut, revitalisasi pesisir, pemanfaatan
keanekaragaman hayati pesisir dan pantai, serta usaha budidaya dan penerapan
teknologi tepat guna untuk memberi nilai tambah hasil sumberdaya pesisir dan
pantai.
ü Pemanfaatan
sumberdaya hayati pesisir dan laut untuk sumber energi terbarukan untuk
pengembangan model kemandirian energi di Pulau-pulau Kecil.
ü Pengembangan
potensi ekowisata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
ü Pengembangan
usaha kecil penyediaan bahan baku obat berbasis keanekaragaman hayati pesisir
dan pantai.
ü Sanitasi
dan pemeliharaan kawasan sumber air bersih.
- Rehabilitasi dan konservasi
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan program utama meliputi :
ü Rehabilitasi
dan revitalisasi ekosistem mangrove pesisir untuk meningkatkan produktivitas
ekosistem mangrove sebagai penyedia sumber pangan masyarakat pesisir.
ü Pemanfaatan
keanekaragaman hayati ekosistem pesisir untuk energi alternatif.
ü Rehabilitasi
terumbu karang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
ü Peningkatan
kualitas lingkungan dan kesadaran hidup sehat, rumah sehat, pencegahan penyakit
di desa pesisir.
0 komentar:
Posting Komentar