Pages

Labels

Mengenai Saya

Foto saya
Yogyakarta, D.I. Yogyakarta, Indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 22 Maret 2015

Ekosistem Pesisir Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau. Sebagai negara kepulauan yang memiliki daratan dan perairan, sumber daya alam di kandung sangat melimpah. Keberagaman sumber daya alam memberikan suatu potensi yang besar untuk kesejahteraan rakyat. Wilayah Indonesia teletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan keanekaragaman jenis tumbuhan serta bisa tumbuh dengan subur. Oleh sebab itu keanekaragaman hayati Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas dari bangsa Indonesia, contohnya : Bunga Raflesia Arnoldi. Indonesia juga terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dengan pegunungan muda. Letak geologi tersebut menyebabkan di Indonesia banyak di jumpai rangkaian gunung api aktif, sehingga memungkinkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk di mamfaatkan.

Wilayah pesisir dan laut memiliki nilai yang sangat penting dimana terdapat beberapa ekosistem utama yang dinamis dan produktif yang saling terkait satu sama lain. Beberapa jenis ekosistem pesisir yaitu hutan mangrove, estuaria/perairan payau, padang lamun dan terumbu karang.

Terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks dengan keanekaragaman hayati tinggi ditemukan di perairan dangkal daerah tropis (English et.al., 1997).  Namun terumbu karang merupakan ekosistem yang tidak stabil, karena sensitif terhadap gangguan yang timbul, baik secara alami maupun akibat aktifitas manusi. Terumbu karang merupakan tempat hidup yang sangat baik untuk ikan hias dan tempat perlindungan berbagai macam spesies hewan, serta dapat melindungi pantai dari hempasan ombak sehingga mengurangi proses abrasi. Namun, perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap terumbu karang sangatlah rendah. Hal itu menyebabkan tingkat kerusakan terumbu karang di Indonesia dinilai sudah sangat parah. Penyebab kerusakan ini disamping disebabkan oleh fenomena alam seperti bleaching atau pemutihan, juga disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia, baik secara langsung oleh nelayan maupun secara tidak langsung oleh masyarakat di daratan melalui penggunaan lahan di daerah hulu yang tidak tepat, serta pembuangan limbah, dll. (Dahuri dkk. 1996).

Kerusakan juga terjadi pada ekosistem mangrove dan pandang lamun. Rusaknya ekosistem mangrove dan terumbu karang tersebut telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan sumberdaya ikan serta erosi pantai. Seiring dengan perkembangan zaman, pembangunan dilaksanakan di darat maupun di perairan dilakukan secara besar-besaran di Indonesia. Akibat kegiatan pembangunan sebagaimana yang telah berlangsung selama ini dapat dengan jelas terlihat pada menurunnya kualitas fisik lingkungan dan integritas ekosistem pesisir. Beberapa dampak negative dari pembangunan antara lain kerusakan habitat ekosistem pesisir, kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh kegiatan penagkapan ikan secara destruktif disamping kegiatan penambangan karang untuk bahan bangunan dan reklamasi pantai. Hilangnya mangrove dan rusaknya sebagian terumbu karang telah mengakibatkan terjadinya erosi pantai. Erosi ini semakin diperburuk oleh kondisi perencanaan dan pengembangan wilayah yang kurang tepat.

Sumber : www.mongabay.co.id 

Tingkat pencemaran pada beberapa kawasan pesisir dan lautan Indonesia pada saat ini telah berada pada kondisi yang memprihatinkan. Ekspolorasi serta eksploitasi yang besar-besaran tanpa memperhatikan konservasi lingkungan membuat lingkungan terutama daerah pesisir tidak mampu untuk mengembalikan alam pada fungsi sebenarnya. Beberapa kasus ekploitasi yang pernah muncul di berbagai pemberitaan nasional yaitu penjualan pasir di pulai sebelah barat pulau sumatra. Bila ditelaah lebih lanjut, pulau terluar di Indonesia hilang satu maka akan mengurangi wilayah laut Indonesia. Selain itu, bedasarkan data Badan Pusat statistik (BPS) Indonesia angka kemiskinan di Indonesia mencapai 28,28 juta orang atau 11,25% pada tahun 2014. Bila dilihat dari jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan mencapai 17,17 juta dan hal ini memberikan sebuah ironi, keanegaraman serta kesuburan tanah dan kekayaan laut belum mampu memberikan kesejahteraan masyarakat Indonesia.  

Konflik penggunaan ruang di kawasan pesisir dan lautan sering terjadi karena belum adanya pola pemanfaatan tata-ruang yang baku yang dapat dijadikan acuan oleh segenap sektor yang berkepentingan. Disamping itu, potensi multi-guna yang inherent pada sumberdaya pesisir dan laut menyebabkan banyak pihak yang berupaya untuk memanfaatkannya sehingga menimbulkan konflik pemanfaatan. Pemerintah masih masih lemah terhadap penyelesaian penggunaan tata ruang antara masyarakat dan perusahaan. Sebagai contoh permasalahan upaya reklamasi pantai didaerah Tanjung Benoa di Bali oleh investor. Permasalahan tersebut memberikan sebuah gambaran pemerintah belum mampu memberikan solusi untuk kesejahteraan masyarakat, namun proses reklamasi tidak bisa dilakukan akibat nilai-nilai budaya masyarakat Bali yang kuat memberikan suatu kekuatan yang lebih kuat. Gambaran tersebut memberikan sebuah pelajaran, nilai luhur kebudayaan masyarakat setempat akan mampu menjaga kelestarian alam dan pemerintah seharusnya belajar dari nilai-nilai masyarakat dalam mengeluarkan kebijakan yang tidak bertentangan dengan nilai luhur budaya setempat.

      Adapun pemanfaatan yang bisa dilakukan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat adalah sebagai berikut :
1.      Pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk kemandirian masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan program utama meliputi:
ü  Pengelolaan lestari kawasan pesisir dan laut, revitalisasi pesisir, pemanfaatan keanekaragaman hayati pesisir dan pantai, serta usaha budidaya dan penerapan teknologi tepat guna untuk memberi nilai tambah hasil sumberdaya pesisir dan pantai.
ü  Pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut untuk sumber energi terbarukan untuk pengembangan model kemandirian energi di Pulau-pulau Kecil.
ü  Pengembangan potensi ekowisata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
ü  Pengembangan usaha kecil penyediaan bahan baku obat berbasis keanekaragaman hayati pesisir dan pantai.
ü  Sanitasi dan pemeliharaan kawasan sumber air bersih.

  1. Rehabilitasi dan konservasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan program utama meliputi :
ü  Rehabilitasi dan revitalisasi ekosistem mangrove pesisir untuk meningkatkan produktivitas ekosistem mangrove sebagai penyedia sumber pangan masyarakat pesisir.
ü  Pemanfaatan keanekaragaman hayati ekosistem pesisir untuk energi alternatif.
ü  Rehabilitasi terumbu karang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
ü  Peningkatan kualitas lingkungan dan kesadaran hidup sehat, rumah sehat, pencegahan penyakit di desa pesisir.




0 komentar:

Posting Komentar