Pages

Labels

Mengenai Saya

Foto saya
Yogyakarta, D.I. Yogyakarta, Indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 29 Mei 2015

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Indonesia memiliki wilayah pesisir yang cukup luas dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang ke empat di dunia. Dengan wilayah pesisirnya yang luas, Indonesia menyimpan potensi sumberdaya alam pesisir yang luar biasa dengan keanekaragaman ekosistem. Berbagai ekosistem seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria dapat ditemui di berbagai wilayah pesisir Indonesia.

Untuk dapat memenfaatkan sumber daya secara optimal dan efisien perlu dilakukan suatu perencanaan yang baik dan pengelolaan secara terpadu. Untuk melakukan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu memerlukan informasi tentang potensi yang dapat dikembangkan serta permasalahan yang ada. Salah satu cara untuk pengelolaan wilayah pesisir yaitu dengan mengintegrasikan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geospasial (SIG).

Penginderaan Jauh adalah suatu metode pengamatan atau pengukuran unsur-unsur spasial permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan obyek yang diamati. Data Penginderaan Jauh sangat sesuai untuk kajian perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mengingat wilayah kajiannya yang sangat luas dan relative sukar untuk dijangkau. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk perencanaan wilayah dapat melengkapi informasi peta yang sudah ada dan untuk menambahkan informasi terbaru.

Sedangkan, SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan. Keunggulan dari SIG adalah kemampaunnya menangani data spasial bereferensi geografi yang berintegrasi dengan data atribut sehingga data-data tersebut dapat dianalisis bentuk keruangannya.

Data penginderaan jauh dapat menangkap dan mengindentifikasi berbagai macam objek di wilayah pesisir seperti rumput laut, terumbu karang, keadaan pasir, padang lamun, keberadaan mangrove, penggunaan lahan, serta sebaran vegetasi lainnya yang merupakan suatu ekosistem wilayah pesisir. Data-data tersebut bisa diintegrasikan dengan data-data SIG seperti batas administrasi, jumlah penduduk, kondisi jalan, kondisi sungai serta bentuk topografi suatu lahan maupun topografi pantai dan lautnya (batimetri).

Berikut ini, manfaat teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk mendukung pembangunan sektor kelautan yaitu :
1.      Pemetaaan, Identifikasi dan inventarisasi Sumberdaya Pesisir dan Laut
Inventarisasi sumberdaya pesisir dan kelautan sangat diperlukan mengingat kompleksitas ekosistem yang ada dimasing-masing pulau berbeda, misal ekosistem terumbu karang, padang lamun, pantai, teluk, selat, muara, delta, mangrove, daerah pasang surut dan samudera. Inventarisasi dilakukan dengan cara pemetaan pulau dan identifikasi sumberdaya yang ada dengan teknologi penginderaan jauh dan atau survey lapangan.

Gambar 1. Diseminasi Informasi Geospasial Pulau-Pulau Kecil Terluar Berbasis Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan google mapping system. (Sarno, 2013)

Selain itu, data penginderaan jauh dapat digunakan untuk pengukuran suhu permukaan laut (SPL). Dengan adanya informasi mengenai suhu permukaan laut maka dapat di prediksi pergerakan ikan dan kondisi aman saat penangkapan ikan, dan perlayaran.

Gambar 2. Sebaran SPL Wilayah Indonesia dari Data MODIS 1 Austus 2013 (kanan) dan Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Dari Data MODIS 23 September 2014 (Winarso, dkk, 2014)

2.      Kesesuaian Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut
Pengembangan budidaya laut memerlukan informasi lokasi ideal bagi pengembangan budidaya laut. Data Penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk menentukan lokasi dan kesesuain kawasan yang digunakan untuk pengembangan budidaya laut.
Berikut ini, contoh peran penginderaan jauh dan SIG dalam penentuan kesesuaian kawasan dan pengembangan budidaya laut yaitu Kesesuaian budidaya keramba jaring tangkap dan rumput laut, Kesesuaian Budidaya Kerang Mutiara, kesesuaian pesisir untuk budidaya tambak, penentuan lokasi wisata bahari, penentuan zonasi jalur penangkapan ikan, dan manfaat penentuan lokasi untuk pengembangan budidaya laut lainnya.

Gambar 3. Kelas Kesesuaian Kawasan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna (Syofyan, dkk, 2010)

Gambar 4. Hasil Analisa Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Kerang Mutiara di Kepulauan Kangean Madura (Hidayah, 2012)

Selain itu, Pengembangan Penginderaan Jauh dan SIG juga dapat digunakan untuk monitoring ekosistem pesisir dan lautan, serta dapat digunakan untuk pengembangan sistem pertahanan negara maritim dapat memanfaatkan ZPPI sebagai zona yang berpotensi terjadinya illegal fishing, dan pemantauan pangkalan angkatan laut serta kondisi pulau-pulau terluar milik negara.


Sumber :

Shalihati, S.F., Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Pembangunan Sektor Kelautan serta Pengembangan Sistem Pertahanan Negara Maritim. 2014

Jumat, 22 Mei 2015

Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Gambar 1. Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia

              Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang gemah ripah loh jinawi, begitu pepatah mengatakan yang menggambarkan bagaimana melimpahruahnya kekanyaan alam yang ada, tak terkecuali yang terkandung dalam pulau-pulau kecil dan terluarnya. Dimana pulau-pulau kecil menyediakan sumber daya alam yang produktif untuk dapat dikembangkan misalnya terumbu karang, padang lamun (sea grass), hutan mangrove, perikanan, dan kawasan konservasi sertamenjadi faktor penting dalam menggerakan pariwisata bahari. Dan pulau-pulau terluar merupakan sumber kekayaan sekaligus garda depan ketahanan dan keamanan negara.

Gambar 2 Sumber Daya Alam

              Disamping memiliki potensi yang sangat besar, pulau-pulau kecil juga memiliki permasalahan antara lain :
1.      Pertahanan dan keamanan 
       Pulau-kecil di perbatasan masih menyisakan permasalahan di bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini disebabkan antara lain oleh belum terselesaikannya permasalahan penetapan sebagian perbatasan maritim dengan negara tetangga. Hal tersebut yang melatarbelakangi konflik atas beberapa pulau terluar di wilayah Republik Indonesia. Masalah ketidakjelasan batas negara dan status wilayah adalah sumber sengketa yang potensial terjadi. Persengketaan ini terjadi karena penerapan prinsip yang berbeda terhadap batas-batas landas kontinen antar negara bertetangga. Perbedaan prinsip muncul akibat banyak motivasi yang meliputi kepentingan hukum, politik, ekonomi, keamanan dan juga kedaulatan. Perkembangan situasi negara, regional dan internasional turut mempengaruhi tingkah laku negara yang bersengketa.

2.      Kurangnya Data dan Informasi tentang Pulau-pulau Kecil
       Data dan Informasi tentang pulau-pulau kecil di Indonesia masih sangat terbatas. Sebagai contoh, pulau-pulau kecil di Indonesia masih banyak yang belum bernama, hal ini menjadi masalah tersendiri dalam kegiatan identifikasi dan inventarisasi pulau-pulau kecil.  Lebih jauh lagi akan menghambat pada proses perencanaan dan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia. Permasalahan lain dalam pembangunan kelautan dan perikanan di  Indonesia adalah belum jelasnya jumlah pulau dan panjang garis pantai, yang sangat berpengaruh dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan sektor kelautan dan perikanan.

3.      Disparitas Perkembangan Sosial Ekonomi
       Letak dan posisi geografis pulau-pulau kecil yang sedemikian rupa menyebabkan timbulnya disparitas perkembangan sosial ekonomi dan persebaran penduduk antara pulau-pulau besar yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

4.      Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar
       Pulau-pulau kecil sulit dijangkau oleh akses perhubungan karena letaknya yang terisolir dan jauh dari pulau induk. Terbatasnya sarana dan prasarana seperti jalan, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, pasar, listrik, media informasi dan komunikasi menyebabkan tingkat pendidikan (kualitas SDM), tingkat kesehatan, tingkat kesejahteraan dan pendapatan masyarakat pulau-pulau kecil rendah.

5.      Konflik Kepentingan
       Ketidakpaduan antar kegiatan menjadi sumber terjadinya konflik penggunaan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Sebagai contoh, antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya dan kegiatan pelayaran. Di samping itu, ketidakpaduan pengelolaan pulau-pul­­­au kecil juga dapat menimbulkan konflik budaya melalui industri wisata yang cenderung bertentangan dengan kebudayaan lokal. Pengelolaan pulau-pulau kecil akan berdampak pada lingkungan, baik positif maupun negatif sehingga harus diupayakan agar dampak negatif dapat diminimalkan dengan mengikuti  pedoman-pedoman dan  peraturan-peraturan yang dibuat.

6.      Degradasi Lingkungan Hidup
       Masih banyaknya pelanggaran yang terjadi di kawasan konservasi laut seperti penangkapan biota laut dengan menggunakan bahan peledak, penambangan karang secara liar, pemanfaatan sumberdaya yang berlebih dan tidak ramah lingkungan yang disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum, belum adanya kebijakan yang terintegrasi lintas sektor di pusat dan daerah serta rendahnya kesejahteraan masyarakat telah berdampak pada meningkatnya kerusakan lingkungan hidup.
              Untuk itu dalam rangka menjaga keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, maka perlu pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dengan memperhatikan keterpaduan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, sumber daya manusia, pertahanan, dan keamanan.
Pembangunan dan pengelolaan pada sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebaiknya  dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga didapatkan konsep pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Pembangunan yang berkelanjutan juga mengusahakan agar hasil pembangunan terbagi secara merata dan adil pada berbagai kelompok dan lapisan masyarakat serta antar generasi karena pembangunan berkelanjutan ini berwawasan lingkungan.

Gambar 3. Keindahan Pulau Kecil

Wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil dengan segala karakteristiknya menjadi satu potensi yang patut dijaga dan dikembangkan sebagai sumber perekonomian daerah, sehingga dapat digunakan untuk ksejahteraan masyarakat.



Sumber : Martha.,S. Permasalahan Lokasi dan Posisi Pulau-Pulau Kecil Daerah Terpencil Di Wilayah Perbatasan Dalam Konstelasi Geografi Indonesia.
Praktikno.,W. Kebijakan Penataan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Di Indonesia